Photobucket

Welcome ^_^


Sabtu, 18 Desember 2010

Pakaian Baru Astronot Lebih Sehat


                      MIT/James Waldie

KOMPAS.com — Peneliti gabungan dari Man-Vehicle Laboratory Massachusetts Institute of Technology tengah mengerjakan prototipe satu setel pakaian khusus untuk para penjelajah antariksa alias astronot. Pakaian tersebut dirancang lebih sehat agar dapat membantu mengurangi terjadinya kehilangan massa tulang saat berada di ruang angkasa.

Beberapa penelitian menunjukkan adanya kondisi gangguan fisiologis selama penerbangan angkasa yang berdurasi panjang meskipun astronot melakukan latihan fisik setiap hari selama dua jam. Kasus yang sering terjadi adalah berkurangnya massa tulang (bone loss) akibat tak ada daya gravitasi.

Setelan yang disebut gravity loading countermeasure skinsuit (GLCS) ini melekat pas di badan. Pakaian ini menambah tekanan pada tulang. Besarnya tekanan itu mirip tekanan pada saat orang berada di gravitasi Bumi. GLCS didesain tanpa lengan karena lengan astronot tidak terlalu terpengaruh. GLCS dibuat untuk dipakai dalam pesawat.

Hah... Planet Bisa Reinkarnasi?



               NASA - Planet di luar tata surya

KOMPAS.com - Selama ini, planet-planet ditemukan di sekitar bintang membentuk suatu sistem tata surya. Secara teori, saat bintang-bintang yang menjadi pusat tata surya mati dan meledak, planet pun akan urut hancur. Lantas, apa yang terjadi kemudian? 

 


Mungkin enggak bintang yang sudah mati ini masih memiliki planet. Atau mungkinkah planet yang sebelumnya terbakar dan hancur bisa terbentuk lagi, jadi seperti reinkarnasi begitu?



Setelah menemukan 15 planet ekstrasurya sejak melakukan penelitian intensif tahun 1999, Johny Setiawan, seorang astronom asal Indonesia yang bekerja di Max Planck Institut fur Astronomie, Jerman tergelitik dengan pertanyaan tersebut. Ia bahkan sampai terpikir kalau planet yang hancur setelha bintangnya mati bisa terbentuk lagi. Mirip reinkarnasi.

Alam Semesta Kita Bukan Satu-satunya?

 
                    Ilustrasi Alam Semesta

KOMPAS.com — Beberapa waktu lalu dua ahli astronomi, yakni Roger Penrose dari Universitas Oxford dan Vahe Gurzadyan dari Yerevan State University di Armenia, mengemukakan teori baru alam semesta, yang pernah ditulis dalam artikel Kompas.com "Alam Semesta Sudah Ada Sebelum Big Bang".



Berdasarkan temuan adanya lingkaran konsentris kosmos, dalam teorinya kedua ilmuwan itu mengungkapkan bahwa alam semesta tercipta lewat sebuah siklus aeon. Setiap siklus diakhiri dengan sebuah big bang yang juga menjadi tanda berawalnya siklus baru.

Singkatnya, sebelum masa kita hidup sekarang, telah terdapat masa yang lalu. Masa lalu tersebut diakhiri oleh big bang yang dikenal sekarang, yang merupakan big bang terakhir sejauh ini. Nantinya, masa kita akan berakhir juga dengan sebuah big bang lagi.

Atmosfir Pluto Terbalik Dibanding Bumi


Ilustrasi permukaan planet Pluto (nationalgeographic.com)

Atmosfir bagian atas Pluto lebih hangat dibandingkan dengan suhu di permukaannya.

VIVAnews - Pluto, planet terjauh dari sistem tata surya kita memiliki atmosfir yang unik. Dibandingkan dengan milik Bumi, atmosfir di Pluto terbalik. Semakin tinggi, suhunya semakin tinggi, bukannya semakin rendah.

Dari pengukuran yang dilakukan oleh astronom, menggunakan Very Large Telescope milik European Southern Observatory, diketahui bahwa metana merupakan gas kedua paling banyak yang ada di atmosfirnya. Gas itu juga lebih panas di tempat yang lebih tinggi dibanding di permukaan planet.

Efek sampingnya, atmosfir bagian atas Pluto memiliki suhu sekitar 50 derajat Celcius. Lebih hangat dibandingkan dengan suhu di permukaan Pluto yang mencapai 230 derajat Celcius di bawah 0.

Menurut spekulasi Emmanuel Lellouch, ketua tim peneliti dari Paris Observatory, Prancis, di permukaan Pluto terdapat lapisan tipis beku dari metana dan gas-gas lain.