Photobucket

Welcome ^_^


Senin, 27 Desember 2010

Dugaan Ada Laut di Pluto Makin Kuat


Foto Pluto diambil dengan Faint Object Camera Teleskop Ruang Angkasa Hubble.(HST)
 
KOMPAS.com - Sebuah model di komputer memunculkan kemungkinan adanya kolam air di bawah lapisan es Pluto yang tebal. Para ilmuwan menduga Pluto punya inti berupa batu yang memiliki materi radioaktif. Secara perlahan, inti tersebut rusak, melepaskan panas yang bisa mencairkan es sekaligus mempertahankan bentuk cair itu.

"Mengingat ukuran dan komposisi Pluto, 100 bagian per 1 miliar potasium radioaktif bisa mempertahankan air 60-105 mil pada kedalaman 120 mil," kata Guillaume Robuchon, ilmuwan keplanetan dari University of California di Santa Cruz, Amerika Serikat.

Simulasi tersebut, seperti ditulis oleh Robuchon pada sinopses penelitian yang dipresentasikan minggu lalu di konferensi American Geophysical Union, memberikan petunjuk kalau Pluto saat ini memiliki laut.

Dugaan ini mungkin akan terbukti sekitar 5 tahun mendatang. Saat itu, wahana antariksa New Horizon milik NASA akan tiba di Pluto sebagai bagian dari perjalanan 10 tahun ke sana. New Horizon adalah pesawat antariksa tanpa awak yang dikirim ke Pluto. Saat ini, New Horizon sudah menempuh jarak 3 miliar mil.

Para ilmuwan juga akan melihat kutub di Pluto untuk mengetahui bentuk bagian dalam Pluto.(National Geographic Indonesia/Alex Pangestu)

Bakal Kehidupan Ditemukan di Meteorit


PL/NASA
Bongkahan meteorit yang jatuh di Sudan pada 2008 lalu.
KOMPAS.com — Asam amino yang selama ini disebut sebagai senyawa bakal kehidupan ditemukan di batu meteor (meteorit) yang jatuh di Sudan. Padahal, saat menembus atmosfer Bumi, meteor sudah terpanaskan dalam suhu ribuan derajat celsius. Temuan ini penting karena menunjukkan daya tahan senyawa tersebut terkait dengan pembentukan kehidupan di muka Bumi.

Asam amino sebetulnya sudah sering ditemukan di meteor yang kaya akan karbon. Namun, biasanya asam amino terbentuk dalam kondisi sejuk. Untuk pertama kalinya, para astronom NASA menemukan asam amino pada meteor yang sudah terpanaskan pada suhu 1.100 derajat celsius. "Suhu setinggi itu harusnya membunuh semua organik yang ada," kata Daniel Glavin, ahli astrobiologi dari Gooddard Space Flight Center, NASA.

Selama ini pembentukan asam amino di asteroid terjadi pada saat temperatur yang lebih sejuk. "Meteor ini menunjukkan ada cara lain yang melibatkan reaksi gas ketika asteroid yang sangat panas mulai mendingin," ujar Glavin. Temuan ini juga memberikan informasi tambahan bagi teori bahwa awal mula kehidupan di Bumi berasal dari asteroid.